banner 728x90
Suasana sidang isbat penetapan awal Zulhijah 1443 hijriah dan perkiraan lebaran Idul Adha 1443 hijriah, di Kantor Kemenag RI, Rabu (29/6/2022) malam. F- Istimewa/ig@kemenag_ri

Penetapan Idul Adha 1443 Hijriah, PP Muhammadiyah dan Pemerintah Beda Pendapat

Komentar
X
Bagikan

Tanjungpinang, suaraserumpun.com – Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan 1 Zulhijah, jatuh pada 1 Juli 2022. Sehingga Idul Adha 1443 hijriah jatuh pada hari Minggu, tanggal 10 Juli 2022. Sedangkan PP Muhammadiyah menetapkan, lebaran Idul Adha jatuh pada hari Sabtu tanggal 9 Juli 2022.

Penetapan dari Kemenag RI tersebut berbeda dengan penetapan yang dibuat oleh PP Muhammadiyah. Perbedaan pendapat ini hal yang biasa terjadi.

Pemerintah telah menggelar sidang isbat untuk menentukan awal Zulhijah 1443 H. Pemerintah menetapkan 1 Zulhijah 1443 H ditetapkan jatuh pada 1 Juli 2022. Keputusan itu disampaikan Wamenag Zainut Tauhid di kantor Kementerian Agama RI, Rabu (29/6/2022).

“Dari 86 titik, tidak ada satu yang melaporkan melihat hilal sebagaimana yang dilaporkan oleh karenanya berdasarkan hisab posisi hilal seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk. Akan tetapi belum memenuhi MABIMS serta laporan hilal juga tidak terlihat. Secara mufakat 1 Zulhijah jatuh pada hari Jumat tanggal 1 Juli 2022,” ucap Wamenag Zainut Tauhid.

Sidang isbat digelar secara terbatas dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Sidang diawali pemaparan posisi hilal oleh tim dari Kemenag, kemudian dilanjutkan dengan sidang tertutup.

Baca Juga :  Nelayan Tradisional Dapat Bantuan Beras dari Satpolair Polres Bintan

“Berarti hari Raya Idul Adha akan jatuh 10 Zulhijah dan bertepatan juga dengan 10 Juli 2022,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Pendidikan dan Kaderisasi, KH Abdullah Jaidi.

Perbedaan Biasa Terjadi

KH Abdullah Jaidi menyatakan, 1 Zulhijah jatuh pada 1 Juli 2022, dan berarti Hari Raya Idul Adha akan jatuh pada tanggal 10 Zulhijah, berkenaan dengan tanggal 10 Zulhijah dan bertepatan juga pada tanggal 10 Juli 2022.

“Oleh sebab itu, kita sama-sama mengetahui bahwa yang ada dalam kenyataan ada perbedaan dalam kita menyikapi Hari Raya Idul Adha. Sementara saudara-saudara kita dari Muhammadiyah telah mengumumkan terlebih dahulu tentang jatuhnya Hari Raya Idul Adha yaitu pada tanggal 9 Juli,” ujar KH Abdullah Jaidi saat konferensi pers, Rabu (29/6/2022) malam, melansir dari detiknews.com.

Jaidi mengatakan perbedaan waktu seperti ini adalah hal biasa. Meski begitu, Jaidi mengimbau agar perbedaan ini tidak membuat masyarakat pecah.

Baca Juga :  Tiga Ekskaryawan Subkon Mencuri Tembaga di PT BAI, Modusnya Pakai ID Card

“Tentunya hal seperti ini adalah sesuatu yang biasa terjadi, di tengah-tengah kita adanya perbedaan. Tapi janganlah perbedaan itu sampai jadikan kita perpecahan, tidak saling menghormati. Tandanya kita saling menghormati adanya perbedaan itu, karena tentunya perbedaan itu pada setiap permasalahan adanya wujudulhilal, dan ada rukyatulhilal yang kedua-duanya menggunakan hisab hanya tergantung pada ketinggian pada hisab itu masing-masing,” jelas Jaidi.

Puasa Arafah

Jaidi juga menjelaskan tentang aturan puasa Arafah. Dia mengatakan masyarakat tidak perlu bingung jika melakukan puasa Arafah.

“Kemudian kita ini kalau mau puasa Arafah pada tanggal berapa, kita ini dianjurkan puasa tanggal 1 Zulhijah sampai tanggal 9 Zulhijah, Berarti kita kalau mau puasa pada hari Jumat atau puasa Sabtunya masih dibolehkan, karena belum ditetapkan sebagai Hari Raya Idul Adha, dan terjadinya selisih itu fatwa ulama kalau terjadi perbedaan ahli hisab maka putusan hakim dalam hal ini Menteri Agama yang harus ditaati,” katanya.

Baca Juga :  Presiden Meninjau KEK Galang Batang dan Lokasi Proyek Jembatan Batam-Bintan, Sebelum ke Riau

“Tapi kita tidak melarang saudara-saudara kita yang akan berhari raya tanggal 9 Juli, saudara kita dari Muhammadiyah atau lain-lainnya, tetapi marilah kita saling menghormati saling menghargai di antara kita atas perbedaan ini, sehingga tidak menjadikan perpecahan di tengah-tengah kita,” imbuhnya.

Terkait perbedaan penetapan awal Zulhijah, Jaidi mengimbau masyarakat agar bersama-sama saling membantu fakir miskin dan duafa. Jaidi juga mengimbau masyarakat agar mengambil inti dari Idul Adha dan tidak berfokus pada perbedaan waktu.

“Saudara-saudara sekalian, intinya kami mengimbau semangat Idul Adha, semangat hari raya kurban, inilah yang harus kita betul-betul wujudkan dalam kehidupan kita. Saudara-saudara kita fakir miskin menanti uluran tangan kita, saudara-saudara kita yang duafa menanti uluran tangan kita, marilah kita berlomba-lomba dari tanggal 1 Zulhijah sampai Hari Raya Idul Adha perbanyaklah amal saleh, sedekah, perbuatan-perbuatan baik diantaranya puasa, berzikir, bertasbih, dan melaksanakan amal kebaikan lain,” pungkasnya. (yen)

Editor: Sigik RS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *