banner 728x90
Sinta Berliana Herru MPd CHt memberikan materi coaching clinic bagi pelatih cabor di Bintan menuju Porprov 2022 Kepri, Sabtu (24/9/2022). F- yen/suaraserumpun.com

Sinta Berliana Herru Buka Sekilas Sejarahnya hingga Menjadi Atlet SEA Games

Komentar
X
Bagikan

Bintan, suaraserumpun.com – Sinta Berliana Herru membuka sekilas sejarah dirinya, bisa menjadi atlet taekwondo peraih emas di SEA Games. Hal itu disampaikan Sinta Berliana pada saat menjadi sport mental coach dalam kegiatan one day (1day) coaching clinic, di Kabupaten Bintan, Sabtu (24/9/2022).

Atletis, cantik, energik dan murah senyum. Begitu lah penampilan Sinta Berliana ketika menjadi narasumber coaching clinic bagi pelatih cabang olahraga Kabupaten Bintan menuju Porprov 2022 Kepulauan Riau, di Bhadra Resort.

Sinta Berliana merupakan atlet taekwondo dari Indonesia, pada masa tahun 1995-2003. Sinta Berliana atlet nasional asal Jawa Barat ini meraih medali emas di SEA Games Chiangmai-Thailand, tahun 1995. Kemudian, bunda dua orang anak ini meraih medali emas di SEA Games Brunei Darussalam tahun 1999.

Sinta Berliana Herru meraih medali emas lagi pada SEA Games 2003, di Vietnam. Untuk level Asia, Sinta Berliana juga pernah mendapat medali. Pada iven Asian Games 1998 di Thailand, dia meraih medali perunggu.

“Ya, kala itu saya dapet medali emas (SEA Games) di kategori kyorugi atau pertarungan. Tiga kali berturut ikut SEA Games, dapet emas,” kata Sinta Berliana mengisahkan sekilas sejarahnya menjadi atlet taekwondo Indonesia kepada suaraserumpun.com.

Tak mudah bagi seseorang untuk menjadi atlet nasional. Bahkan meraih medali di iven internasional seperti SEA Games, Asian Games. Apalagi di olimpiade. Namun, prestasi itu bisa diraih. Nah, ketika seorang atlet sudah meraih medali di iven internasional, tak mudah pula untuk mempertahankannya.

Tapi, Sinta Berliana bisa meraih medali emas dalam tiga kali berturut pelaksanaan SEA Games. Meraih medali emas di ajang SEA Games dari tahun 1995 sampai 2003, merupakan waktu yang cukup lama bagi seorang atlet nasional untuk mempertahankan reputasinya. Prestasi itu pula yang mengantarkan Sinta Berliana menjadi pelatih nasional taekwondo Indonesia, tahun 2004 sampai dengan 2006.

Baca Juga :  Pemprov Memulangkan 6 Orang Pelajar Kepri di Sudan dari Jakarta

Sinta Berliana juga pernah menjadi pelatih tim Porprov untuk Kota Bandung. Saat itu, Kota Bandung menjadi juara umum di Porprov Jawa Barat. Bahkan, Sinta Berliana dikontrak menjadi konsultan tim PON dari Provinsi Riau, tahun 2012-2016. Kemudian, Sinta Berliana pun menjadi sport mental coach beberapa cabang olahraga untuk ajang SEA Games, Asian Games dan olimpiade.

Hingga kini, Sinta Berliana selalu tampil menjadi instruktur dalam kegiatan coaching clinic. Termasuk coaching clinic yang digelar KONI Kabupaten Bintan, akhir pekan lalu.

“Sebetul, untuk menjadi atlet itu terletak pada pengembangan olahraga. Diawali dengan fundamental hingga menjadi winner (juara),” ujar Sinta Berliana.

Sinta Berliana Berbagi Tips
Begitu pula dengan meraih prestasi, Sinta Berliana pun berbagi tips (trik). Menurutnya, ada tahapan untuk meraih prestasi di olahraga. Mulai dari identifikasi bakat, pemanduan bakat, pengembangan bakat, sampai dengan pencapai prestasi teratas (top).

“Nah, meraih prestasi itu pada usia yang tepat. Ketika anak dipaksa dari kecil sudah latihan berat, prestasinya akan cepat pula down (turun),” ungkapnya.

Untuk fundamental (dasar) itu ada pada anak usia 7-10 tahun (putra), dan 6-9 tahun untuk putri. Kemudian, untuk tahapan belajar untuk latihan yaitu usia 10-14 tahun untuk putra, dan 9-13 tahun untuk putri. Tahapan berlatih untuk latihan, usia 14-16 tahun bagi putra, dan usia 13-15 buat anak putri.

Sekilas sejarah Sinta Berliana Herru semasa menjadi atlet taekwondo Indonesia peraih medali emas di SEA Games (1995, 1999, 2003) yang dirangkum dalam media massa. F- Istimewa/dok ig@sintaberliana

Berlatih untuk kompetisi, calon atlet putra itu berusia 16-18 tahun. Sedangkan putri, usia 15-17 tahun. Berlatih untuk menang atau meraih juara itu, 18 tahun ke atas untuk putra. Dan 17 tahun ke atas untuk putri.

Baca Juga :  Pemprov Kepri Menyurati Tiga Menteri buat Memaksimalkan Travel Bubble, Berikut Isi Surat Ansar Ahmad

“Jadi, spesialisasi untuk olahraga bagi anak itu sebaiknya 16 tahun ke atas buat putri. Dan usia 18 tahun ke atas untuk putra,” sebutnya.

Sinta Berliana mengistilahkan, melatih anak pada tahapan fundamental untuk satu cabang olahraga, disebut dengan early sports specialization. Sedangkan melatih satu cabang olahraga (spesialisasi) di atas usia 16 tahun atau 17 tahun, Sinta Berliana mengistilahkan late sports specialization.

“Early spesialisasi itu, cukup untuk olahraga senam saja. Kalau cabor lain dilakukan spesialisasi lebih awal (early), pada usia 20 tahun akan terjadi penurunan prestasi. Bukan karena kejenuhan saja. Tapi bakal ada efek ligamen atau kerusakan pada jaringan tulang, seperti pengapuran,” jelas Sinta Berliana

Justru itu, Sinta Berliana menyarankan, untuk menjadi atlet berprestasi dalam kurun waktu yang lama, lebih baik masuk dalam kelompok late sports specialization, selain dari senam. Tapi, pada tahapan fundamental, anak sudah dibiasakan dengan olahraga yang bersifat dasar.

“Fisik dasar anak untuk berolahraga itu, sudah mesti ada dari kecil. Yang baik itu adalah atletik. Itu kan emaknya olahraga. Spesialisasinya, dimulai usia 16 tahun untuk putri, dan 17 tahun untuk putra,” ucap Sinta.

Sekilas Sejarah Sinta Berliana
Tips menjadi atlet yang meraih prestasi pada usia yang tepat ini, didapatkan Sinta Berliana setelah menjalani masa-masa menjadi seorang atlet taekwondo Indonesia, dan menjalani masa kuliah. Hal ini tidak diketahuinya, sebelum menjadi atlet SEA Games. Hanya saja, semasa kecilnya, Sinta Berliana tergolong anak yang suka segala permainan yang bersifat gerak.

“Semua olahraga itu, saya suka. Tak cuma basket. Yang permainan kejar-kejaran di sekolah pun saya suka,” ungkapnya.

Baca Juga :  Gubernur Kepri Menyaksikan Pelantikan PD Bakomubin Kota Tanjungpinang

“Nah, di usia 18 tahun, baru saya menuju spesialisasi taekwondo. Usia 20 tahun, saya sudah meraih medali emas di SEA Games. Usia 24 tahun, juga meraih emas di SEA Games. Sampai usia 28 tahun, saya meraih medali emas di SEA Games, untuk Indonesia,” sebut Sinta Berliana.

“Jadi, saya memang masuk kelompok late spesialisasi. Dan ini memang bagus. Saya menyadarinya, setelah menjalani semua itu,” sambungnya.

Dari sekilas sejarah di masa menjadi atlet SEA Games itu, Sinta Berliana juga menyebutkan, untuk menjadi atlet yang meraih prestasi, tentunya tak cukup pada tahapan usia berlatih. Tapi, ketekunan berlatih dengan pelatih yang profesional, serta dorongan orang tua dan semua pihak juga mempengaruhi prestasi atlet.

Sinta Berliana memperlihatkan medali emas yang diraihnya pada SEA Games dan medali perunggu di Asian Games dari cabor taekwondo. F- Istimewa/ig@sintaberliana

Sita Berliana juga berpesan kepada orang tua dan para pelatih, pendidikan anak juga perlu diperhatikan. Meski tak juara di kelas, tapi minimal anak bisa memahami materi pendidikan yang diajarkan di sekolah. Justru itu, pihak sekolah juga mesti memahami anak yang memiliki bakal olahraga untuk meraih prestasi.

“Seperti di Bandung, ada lembaga pendidikan khusus buat atlet berprestasi. Bahkan, atlet itu diberikan beasiswa. Saya mengalami itu, sepuluh tahun baru selesai kuliah. Tapi, itu karena pindah-pindah kampus,” tutur Sinta Berliana.

Kini, Sinta Berliana sudah meraih gelar magister pendidikan. Serta menjadi sport mental coach setelah mendapatkan Certified Hypnotherapist. Demikian sekilas sejarah Sinta Berliana Herru MPd CHt semasa menjadi atlet nasional yang meraih medali emas di ajang SEA Games buat Bangsa Indonesia, di masa tahun 1999-2003. Semoga perjalanan Sinta Berliana dan tips yang diberikannya bermanfaat bagi semua pihak. (yen)

Editor: Sigik RS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *