banner 728x90
Komunitas Kuansing Bacarito dan mahasiswa Kukerta Unri bersama siswa SMPN 5 Kuantan Mudik usai memaparkan sejarah perlawanan masyarakat Lubuk Jambi terhadap militer Belanda.

Kuansing Bacarito Menyingkap Sejarah Perlawanan Masyarakat Lubuk Jambi Terhadap Agresi Militer Belanda

Komentar
X
Bagikan

RIAU (suaraserumpun) – Komunitas Kuansing Bacarito menyingkap (membuka) sedikit sejarah perlawanan masyarakat Lubuk Jambi, terhadap agresi kedua militer Belanda dalam mempertahankan kemerdekaan RI. sejarah perlawanan masyarakat Lubuk Jambi terhadap agresi militer Belanda ini, dipaparkan kepada siswa yang merupakan kaum milenial di SMP Negeri 5, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, Sabtu (14/8/2021).

Komunitas Kuansing Bacarito memberikan pendidikan (edukasi) sejarah perlawanan terhadap agresi militer Belanda tersebut, kepada siswa SMPN 5 Kuantan Mudik. Kegiatan dilaksanakan bersama mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (Kukerta) Universita Riau (Riau) Balik Kampung Desa Saik.

Kegiatan bacarito (bercerita) tersebut dilaksanakan untuk menyambut HUT ke-76 Kemerdekaan Republik Indonesia. Selain siswa dan OSIS SMPN 5 Kuantan Mudik, kegiatan juga dihadiri Kepala Sekolah SMPN 5 Kuantan Mudik serta majelis guru.

Baca Juga :  RSUD Bintan Tampung Saran Lewat Forum Konsultasi Publik untuk Meningkatkan Kualitas Layanan

Dalam kegiatan tersebut, tim komunitas Kuansing Bacarito menyingkap sedikit sejarah perlawan masyarakat Lubuk Jambi terhadap agresi kedua militer Belanda. Masyarakat Lubuk Jambil (ibu kota) Kecamatan Kuantan Mudik, berjuang dan mengorbankan nyawa untuk mempertahankan Kemerdekaan RI. Edukasi (pendidikan) melalui cerita sejarah bangsa ini dibungkus dengan konsep yang menarik.

Tim Kuansing Bacarito menampilkan sejarah perlawanan tersebut, dalam bentuk slide di ruangan serbaguna SMPN 5 Kuantan Mudik. Berdasarkan sejarah, dahulunya masyarakat Lubuk Jambi memberikan perlawanan kepada penjajah Belanda. Masyarakat mengusir, dan memukul mundur para penjajahan yang memakai tank besi. Saat itu, militer Belanda kembali ingin menguasai Nogori (negeri/wilayah) Lubuk Jambi.

Baca Juga :  Sekda Bintan: Tak Hadir Berdampak pada Pemotongan TPP

Sejarah perlawanan masyarakat Lubuk Jambi melawan agresi kedua militer Belanda ini, terjadi di daerah Bukit Pedusunan. Tepatnya di Kebun Nopi. Cerita sedikit sejarah perlawan bangsa terhadap Belanda itu, mendapat antusias dari peserta yang mengikuti kegiatan tersebut.

Tim Kuansing Bacarito dan mahasiswa Kukerta Unri memberikan bingkisan kepada Kepsek SMPN 5 Kuantan Mudik.

Rusdi SPd selaku Kepala Sekolah SMPN 5 Kuantan Mudik berterima kasih kepada komunitas Kuansing Bacarito dan Kukerta Unri Desa Saik. Menurutnya, kegiatan paparan sejarah perlawan masyarakat Lubuk Jambi terhadap militer Belanda ini, merupakan suatu acara kolaborasi komunitas Kuansing Bacarito dengan mahasiswa yang edukatif.

“Sudah sepantasnya kita bersyukur atas perjuangan para pahlawan sebelumnya. Sekarang, kita masih bebas berpikir dan mengeluarkan berpendapat,” ujar Rusdi.

Baca Juga :  Ditandai Pawai Obor, Roby Gemakan Takbir Idul Adha Dari Pesisir Pulau Bintan

Dzikri Maulana Muhammad S Dss sebagai Ketua Kuansing Bacarito menyampaikan, sejarah akan memberikan pelajaran kepada generasi sekarang. Karena, sejarah bukan hanya satu dokumen masa lalu. Namun, sejarah adalah cermin masa depan, yang pada akhirnya akan menjadi panduan jalan dan kesaksian buat generasi saat ini.

“Kita perlu menghargai dan mewarisi semangat hidup, dan semangat juang para leluhur terdahulu. Jiwa nasionalisme dari sejarah perlawanan masyarakat Lubuk Jambi terhadap agresi militer Belanda itu, mesti diaplikasikan dalam kehidupan sekarang ini,” harap Dzikri Maulana Muhammad, alumni Universitas Telkom Indonesia tersebut. (RS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *