banner 728x90
Indra Martias SKM MPH. F- Istimewa/Indra

Mengenal Mikroplastik dan Bahayanya bagi Lingkungan dan Kesehatan

Komentar
X
Bagikan

Oleh: Indra Martias SKM MPH
Dosen Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang

MIKROPLASTIK adalah partikel plastik padat sintetis atau matriks polimer dengan bentuk dan ukuran beraturan atau tidak beraturan mulai dari 1 m hingga 5 mm. Penulis mengajak untuk mengenal mikroplastik dan bahayanya bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

Setelah dibuang ke lingkungan, mikroplastik ini akan mengalami proses lingkungan, seperti akumulasi, degradasi, dan migrasi, di bawah kondisi lingkungan yang berbeda, akhirnya masuk ke tubuh manusia melalui berbagai rute paparan seperti inhalasi (pernafasan), konsumsi (makanan), dan kontak kulit. Mikroplastik memiliki karakteristik kimiawi stabil dan dapat bertahan lama di lingkungan, mulai dari ratusan hingga ribuan tahun.

Beberapa peneliti telah mendeteksi berbagai mikroplastik di ekosistem tanah, yang berasal dari lumpur limbah atau pupuk organik di lahan pertanian, dan irigasi dengan air yang tercemar atau banjir (Wang et al., 2020b). Mikroplastik ditemukan di daratan lebih berbahaya daripada di lautan. Mikroplastik juga dapat berinteraksi dengan fauna tanah dan mempengaruhi fungsi kesehatan bahkan kondisi tanah.

Mikroplastik dalam tanah mempengaruhi kesesuaian cacing tanah dan kondisi tanah. Beberapa spesies menunjukkan sifat yang dapat berdampak langsung pada ekosistem akibat paparan mikroplastik. Misalnya,permukaan potongan plastik kecil dapat mengandung organisme patogen dan bertindak sebagai vektor penularan penyakit di lingkungan.

Baca Juga :  Gubernur Kepri Memprioritaskan Pembangunan Masjid di Daerah Pesisir

Sekitar 1,5 juta ton mikroplastik primer diperkirakan akan dilepaskan ke laut per tahun. Isu mengenai mikroplastik telah menyadarkan banyak orang mengenai potensi bahaya yang mengincar biota laut. Banyak penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik telah memasuki saluran pencernaan ikan dan zooplankton. Mikroplastik yang dimakan oleh zooplankton akan menyebabkan mereka makan lebih lambat. Ini karena mikroplastik masuk ke saluran pencernaan dan menumpuk, membuat biota terasa cepat kenyang.

Sumber utama mikroplastik di udara adalah tekstil sintetis, erosi ban karet sintetis, dan debu perkotaan. Sumber lain mungkin termasuk bahan bangunan, emisi industri, pecahan plastik dari perabotan rumah, resuspensi partikel, tempat pembuangan sampah, partikel lalu lintas, pembakaran sampah, knalpot mesin pengering, partikel sintetis yang digunakan dalam tanah hortikultura, dan lumpur limbah yang digunakan sebagai pupuk. Namun, masih sangat sedikit laporan tentang konsentrasi mikroplastik di udara (Brahney et al., 2020). Mikroplastik dengan kepadatan lebih rendah dapat terbawa oleh angin, yang dapat mengakibatkan polusi lebih lanjut di lingkungan darat dan perairan.

Baca Juga :  Wagub Kepri Doyan Makan Kuliner Kreasi Ubi dan Sagu

Mikroplastik merupakan partikel plastik dengan ukuran mikro (sekitar 5 mm) yang mungkin banyak ditemukan dari kemasan minuman dan makanan olahan. Walaupun banyak studi tentang mikroplastik, namun yang menjadi perhatian saat ini adalah bahaya karena kemampuannya menangkap atau pengumpul senyawa kimia racun yang ada di lautan sehingga terkonsumsi oleh manusia pada rantai pangan.

Ukuran yang sangat kecil dari mikroplastik inilah yang mengakibatkan reaksi kimia menjadi sangat tinggi sehingga kemampuan untuk mengikat racun/polutan yang ada di lautan pada mikroplastik menjadi sangat kuat hingga racun ini dikonsumsi manusia. Bahaya kesehatan dari konsumsi pangan laut yang terkontaminasi oleh mikro/nano plastik yang mengikat racun dari lautan seperti gangguan pada pernapasan, pencernaan, hati, dan sistem saraf.

Eksperimen model hewan yang relevan telah mengkonfirmasi bahwa mikroplastik ini dapat ditransfer dari sel hidup ke sistem limfatik atau peredaran darah dan berpotensi terakumulasi di organ sekunder, sehingga berdampak negatif pada sistem kekebalan manusia dan kesehatan sel (Baoshan Xing, 2021). Meskipun demikian, penelitian terbaru hanya menunjukkan bahwa partikel plastik ada di berbagai organ/jaringan organisme, dan dalam banyak kasus, fokus penelitian ini tidak secara khusus membahas bahaya bagi manusia, dan dengan demikian eksplorasi lebih lanjut adalah diperlukan untuk mengevaluasi risiko mikroplastik terhadap kesehatan manusia melalui eksperimen model hewan.

Baca Juga :  M Nazar Talibek Mantan Kades Berakit Jadi Tersangka Korupsi Penjualan Tanah Milik Desa

Keberadaan mikroplastik di perairan memang berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia, walaupun penelitian ini masih terus dilakukan untuk mendapatkan informasi ilmiah terkait dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia. Namun demikian, keberadaan mikroplastik dapat dikurangi melalui banyak cara seperti aksi bersih pantai, edukasi, penegasan aturan, serta penggunaan teknologi tepat guna.

Edukasi yang diberikan membahas tentang apa itu mikroplastik, sifat mikroplastik, proses mikroplastik memasuki rantai makanan, bahaya mikroplastik terhadap lingkungan dan manusia, serta menghimbau kepada masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik. Dengan adanya edukasi diharapkan dapat menumbuhkan rasa kesadaran bagi masyarakat sekitar agar tidak membuang sampah sembarangan dan meminimalkan Penggunaan plastik terutama pada plastik sekali pakai. ***suaraserumpun.com

Editor: Sigik RS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *