banner 728x90
Moeldoko saat tiba di tempat KLB Partai Demokrat di Deli Serdan, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021) malam.

Kisruh Demokrat ‘Mengguncang’ Indonesia, Moeldoko Vs AHY atau SBY?

Komentar
X
Bagikan

MEDAN (suaraserumpun) – Kisruh Demokrat mengguncang Indonesia, saat ini. Moeldoko terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat dalam Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat, yang digelar kubu kontra Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). KLB yang dituding abal-abal oleh Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini diselenggarakan di Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021).

Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (Purn) Moeldoko resmi terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat periode 2021-2025 dari hasil Kongres Luar Biasa (KLB) yang digear di Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

Meski tak hadir langsung dalam KLB itu, Moeldoko mengaku sangat berterima kasih karena diberikan kesempatan menjadi ketua partai berlambang mercy tersebut. Ucapan terima kasih itu disampaikan Moeldoko melalui sambungan telepon yang disambut teriakan peserta KLB.

“Saya berterima kasih, tapi sebelumnya ada beberapa pertanyaan saya kepada peserta forum, apakah pemilihan di kongres sudah dilakukan sesuai AD/ART partai?” kata Moeldoko.

Moeldoko juga menanyakan komitmen para kader dalam membesarkan partai. Dia berharap seluruh kader bersama-sama bahu membahu dalam situasi pandemi Covid-19.

“Apakah kalian siap membangun partai dan memegang teguh komitmen demi bangsa dan negara tanpa kepentingan pribadi?” tanya Moeldoko.

Baca Juga :  Cen Sui Lan Memprioritaskan Beasiswa untuk Siswa yang Tinggal di Ruli Kota Batam

Marzuki Alie yang menjadi pesaing Moeldoko ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Periode 2021-2025.

Pengukuhan Moeldoko sebagai Ketum Partai Demokrat disampaikan langsung Jhoni Allen yang bertugas sebagai pimpinan sidang.

“Menimbang dan seterusnya, memperhatikan dan seterusnya, menetapkan Jenderal (Purn) DR Moeldoko sebagai Ketua Umum DPP Demokrat hasil kongres luar biasa periode 2021-2025,” katanya.

SBY: KLB Abal-abal

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan bahwa Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat yang digelar di Deli Serdang, Sumatera Utara, adalah abal-abal. Dalam KLB tersebut diputuskan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko sebagai ketua umum Partai Demokrat .

“Hari ini, 5 Maret 2021, KLB Partai Demokrat abal-abal, KLB yang tidak sah, dan tidak ilegal telah digelar di Deli Serdang,” ujar SBY yang disiarkan langsung melalui akun Youtube pribadinya, Jumat (5/3/2021), malam.

“KLB tersebut telah menobatkan KSP Moeldoko seorang pejabat pemerintahan aktif berada di lingkar dalam lembaga kepresidenan bukan kader Partai Demokrat alias pihak eksternal partai, menjadi ketum Partai Demokrat,” imbuhnya.

SBY berujar, peristiwa KLB di Deli Serdang hari ini, menjadi hari yang kelam untuk dirinya dan juga Partai Demokrat. Bahkan, untuk bangsa Indonesia. Sebab, tegas SBY, KLB digelar tanpa akal sehat.

Baca Juga :  Adi Prihantara: Penunjukan Plt Bupati Bintan Itu Ada Prosedurnya

“Hari ini (kemarin), kami berkabung, Partai Demokrat berkabung, sebenarnya bangsa Indonesia juga berkabung, berkabung karena akal sehat telah mati, sementara keadilan, supremasi hukum, dan demokrasi sedang diuji,” tegasnya.

Pendapat Pengamat

Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P-LIPI) Firman Noor berpendapat, Presiden Joko Widodo perlu menegur Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko terkait manuver yang dilakukannya di Partai Demokrat.

Firman mengatakan, jika Presiden Jokowi membiarkan manuver Moeldoko tersebut, ia akan dianggap kurang peduli terhadap pembangunan partai politik.

Menurut Firman, manuver Moeldoko untuk menduduki jabatan di Partai Demokrat sudah terbaca sejak awal munculnya kisruh di internal partai itu.

Ia menilai, tindakan yang dilakukan Moeldoko sangat tidak etis dalam perpolitikan nasional.

Namun demikian, ia memahami bahwa kesalahan tersebut tentu tidak hanya dari Moeldoko, tetapi pihak internal partai yang membuka jalan untuk mantan Panglima TNI tersebut.

“Untuk Pak Moeldoko jangan begitulah, seharusnya ya tidak memanfaatkan kekisruhan rumah tangga orang, sebetulnya sangat tidak etis begitu,” ucap dia.

Baca Juga :  Begini Pesan Ansar Ahmad Saat Melantik Pejabat Baru di Pemprov Kepri

Sementara, Peneliti Utama Lembaga Survei Indonesia, Saiful Mujani, turut menyoroti kisruh Partai Demokrat setelah Jhoni Allen dkk menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) dan menetapkan Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko sebagai Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat.

Menurut Saiful Mujani, kudeta atau pengambilalihan Partai Demokrat oleh orang di luar partai adalah kejadian yang pertama kali di Indonesia. Ia menilai peristiwa ini adalah kemunduran demokrasi. Sebab, pejabat negara seharusnya melindungi semua partai di era demokrasi seperti sekarang ini.

“Zaman orba saja yang otoriter pengambilalihan kekuasaan lewat KLB oleh kader partai sendiri, kasus PDI misalnya. Di era demokrasi sekarang, Demokrat justeru diambil alih oleh pejabat negara yang mestinya melindungi semua partai. ironi luar biasa,” ungkap Mujani melalui akun pribadi twitternya @saiful_mujani, Jumat (5/3/2021), malam.

Kini, kisruh dan kudeta di Partai Demokrat sedang menjadi perbincangan di Indonesia. Apakah kisruh Demokra ini Moeldoko versus SBY atau AHY? Jawabannya, banyak opsi pendapat bangsa Indonesia, saat ini. (SS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *